MAKASSAR - Anggota DPRD Sulsel, M Rajab menilai Literasi
sebagai kegiatan manusia yang didasarkan dari keinginan mencari tahu informasi
dan pengetahuan, yang kemudian dijalankan dalam bentuk membaca dan menulis.
Hal tersebut
disampaikan M Rajab saat didaulat sebagai pembicara bersama Pegiat Literasi
Sulsel Sulham Yusuf dan Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Tulus
Wulan Juni dalam diskusi Kota Dunia Ramah Literasi di Aula Graha Bakti, Jl. A
Mappanyukki, Selasa (21/11/2017).
Menurutnya,
perkembangan Literasi di zaman now ini tidak bisa lagi diartikan sempit,
Literasi sekarang ini bukan sekedar membaca dan menulis, tetapi juga merupakan
langkah dalam menangkap dan menemukan ide-ide dari setiap hal yang
dibaca.
Lalu seperti
apa pandangan seorang Aktivis yang sekarang merangkap jadi Politisi ini terkait
fenomena budaya literasi di masyarakat Indonesia khsusnya di Sulawesi Selatan.
Mengawali
pandangannya, M. Rajab mengunkapkan buku dan ruang publik sebagai sarana
Literasi menjadi suatu keniscayaan yang harus disediakan oleh pemerintah agar
masyarakat terdorong untuk mencintai literasi. Saat ini, literasi harus menjadi
gerakan kebudayaan.
"Mari
kita tengok salah satu instrumen pembudaya literasi yang memiliki peran begitu
penting yakni perpustakaan. perpustakaan baik yang dimilik daerah kota ataupun
provinsi, sangat minim peminat," kata M Rajab saat didaulat sebagai
pembicara dalam diskusi Kota Dunia Ramah Literasi di Aula Graha Bakti, Jl. A
Mappayukki, Selasa (21/11/2017).
Selain itu,
Rajab juga menyoal ketersediaan buku. Jumlah toko buku dalam kota-kota di
Sulsel terbilang masih sedikit. Masih didominasi oleh toko-toko besar yang
membandrol harga tinggi. Penjaja buku indie pun jarang, yang tersedia hanya
buku-buku populer. Hal ini tentunya disebabkan oleh pasar. Bahkan, sangat sulit
menjumpai tempat penjualan buku-buku bekas yang edisinya sudah lampau. Padahal
tempat-tempat semacam ini sangat berguna bagi kelangsungan budaya literasi kita
di Sulsel
Kilasan-kilasan
tersebut pun membuat M Rajab menyimpulkan bahwa wajah literasi di Sulsel masih
buruk, namun meski demikian menurut M Rajab rupa yang buruk itu janganlah
membelah cermin. Mari kita ‘polesi’ bersama-sama, guna menjembatani
kesenjangan-kesenjangan literasi yang ada.
"Perlu
kebersamaan untuk memperbaiki budaya literasi di daerah kita. Apakah itu di
Sulsel, masih mau terus dilabeli oleh masyarakat luar kota sebagai masyarakat
berbudaya belanja? Ini sudah saatnya kita beranjak, menuju masyarakat berbudaya
membaca, sebagai tema diskusi kita bagaimana mewujudkan Kota Dunia Ramah
Pembaca.
Kalau
Pemerintah kurang maksimal dalam menyediakan fasilitas sarana literasi itu
dikarenakan adanya keterbatasan regulasi. Olehnya, saya sendiri sebagai
Legislator akan terus berupaya mendorong Peraturan Daerah (Perda) dan Mendukung
Pembiayaan terkait dengan gerakan literasi," terang mantan Ketua HMI
Cabang Palopo ini. (Suardi)
0 Komentar